Minggu, 12 Februari 2012

Novel Islami "Goresan Pena Ilahi"


Ketika nilakandi langit menjelma merah temaram dan sang surya telah hanyut ditelan malam, itulah masanya senja datang, menumpah tinta hitam ke wajah siang terang benderang. Aku menangis meratapi nasib yang tak karuan tibanya. Tuhan itu Maha Kuasa. Maka seketika saja, matahari pun terbit di tengah malam gulita dan ribuan bintang berjatuhan ke cakrawala. Sadarlah diriku bahwa Tuhan masih menulis catatan takdir atas mulianya niat sang insani. Tuhan tidak akan diam mendengar isakan tangis hamba-hamba yang dikasihi’Nya. Rasullullah kulitnya tak terjamah sengatan matahari karena cinta Tuhannya. Gapailah intensitas itu, hingga kau yakin bahwa Tuhan mencintaimu, dan sngat mencintaimu.”

Demikian sebait catatan diary tokoh utama dalam novel Goresan Pena Ilahi ini. Kata-kata tersebut yang juga turut serta mendongkrak semangatnya mengarungi lautan hidup yang penuh dengan ujian dan cobaan. Sebuah novel yang mencoba menguak rahasia pribadi Ilahi dalam sebuah bingkisan amplop bening. Namun hanya dengan mata hati dan taqwa, yang bisa membaca suratan takdir Tuhan tersebut. Selanjutnya, mereka pun akan berjalan di muka bumi dengan senyum ceria sekalipun darah terus memancar dari urat leher serta nyawa mereka sudah menegak di ujung tanduk. Fa’lam, Innallah ma’ana, abadan!